Oleh: Agus Perdamaian Tafonao
(Mahasiswa STP DM Tingkat II – Kelas Pastoral)
Yes. 1:10,16-20; Mat. 23:1-12
Ketika saya berkunjung ke sebuah stasi,
di sana saya melihat tidak ada imam yang memimpin perayaan Ekaristi. Jadi,
pemimpin Ibadat dan yang berkhotbah pada waktu itu adalah seorang ketua stasi.
Pada khotbahnya, saya sungguh meresapi dan merasakan apa yang Tuhan sampaikan
melalui Sabda yang ia wartakan. Mengapa? Karena khotbahnya berapi-api, menarik
untuk disimak, dan ia sungguh mengajak umat masuk dalam penghayatan iman yang
dalam. Setelah selesai ibadat, ia langsung menuju kedai tuak, maka di sanalah
ia berfoya-foya dengan minum minuman keras hingga pada akhirnya pengkhotbah
ulung tadi mabuk. Lalu, seketika Saya
bertanya dalam hati, “Bukankah bapak ini tadi yang berkhotbah dengan begitu agung mewartakan Sabda Allah?”.
Bacaan pertama hari ini, mengisahkan
tentang umat Israel yang menjalankan ibadatnya. Mereka mampu menjalankan ibadat
keagamaannya tetapi tidak mengerti apa makna ibadat
yang sesungguhnya. Mereka banyak mempersembahkan kurban kepada Allah namun
tidak lahir dari hati yang tulus, hanya karena sudah menjadi kebiasaan agar
dilihat banyak orang. Hal inilah yang dikritik oleh Nabi Yesaya, ia datang dan
mengajak mereka untuk bertobat dan kembali kepada jalan Allah. Nabi Yesaya
mengatakan meskipun dosamu merah seperti buah kermizi akan
menjadi putih seperti salju dan sekalipun merah seperti kain kesumba akan
menjadi putih seperti bulu domba, jika kamu menurut dan mau mendengar firman Allah.
Bacaan injil hari ini juga mengisahkan tentang ahli – ahli
Taurat dan orang-orang Farisi yang mengajarkan kebaikan tetapi tidak melakukannya.
Mereka mengikat-ingat beban berat lalu mereka meletakkannya di atas bahu orang, tetapi
mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Dengan sebutan
lain, semua pekerjaan
yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Yesus mengecam mereka bukan karena ajaran yang mereka sampaikan, tetapi karena
perbuatan dan penghayatan mereka tidak sejalan dengan apa yang mereka ajarkan. Yesus
dalam Injil hari ini mengatakan: “Barang siapa yang meninggikan diri ia akan
direndahkan, dan barang siapa yang merendahkan diri ia akan ditinggikan”.
Hari ini Yesus mengkritik para ahli Taurat dan orang
Farisi. Bagi orang
Yahudi, ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat dihormati karena
mereka dianggap adalah orang-orang yang akan menduduki
kursi Musa. Maka, tidak salah jika pada masa itu mereka didengarkan, diakui,
dan dihormati di mana-mana. Akan tetapi, yang menjadi persoalannya adalah
perkataan atau apa yang mereka ajarkan tidak sesuai dengan perbuatan mereka.
Mereka mengajar dan berkhotbah dengan sangat luar biasa, tetapi justru mereka sendiri
yang melanggar segala apa yang mereka ajarkan dan katakan. Hal inilah
yang dikritik oleh nabi Yesaya dengan mengatakan segera bertobat dan kembali ke jalan
Allah. Allah adalah Maha Pengampun meskipun dosa itu merah seperti buah kermizi, akan
diubah menjadi putih seperti salju jika menuruti perkataan Allah dan mau
memberi diri untuk mendengar
dan melaksanakan SabdaNya.
Dalam hidup sehari-hari, Kita sering kali berbuat seperti
halnya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang hanya tahu berbicara baik dalam mewartakan
SabdaNya dengan semangat yang berkobar-kobar, namun tindakan dan perbuatan kita sendiri
tidak sesuai dengan apa yang kita
katakan. Begitu pula kisah seorang ketua stasi di atas
yang mewartakan SabdaNya tetapi ia berbuat yang tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan dengan bertingkah mabuk-mabukan dan bersenang-senang. Hal yang dibutuhkan
dunia saat ini bukanlah seorang guru yang hebat dan juru bicara yang baik,
melainkan para saksi Kristus yang mampu berbuat secara konkret dengan mewujudnyatakan
nilai kebajikan dalam hidup sehari-hari. Kita ialah sebagai panutan bagi banyak
orang, maka marilah mewartakan kebenaran SabdaNya dan tekun melaksanakannya.
Melalui bacaan pertama dan Injil hari ini, kita diajak untuk kembali merefleksikan
diri dan merenungkan kehidupan kita masing-masing dengan bertanya: “Apakah
perkataan sudah sesuai dengan tindakan dan perbuatan kita?”
Mari
bermenung! Tuhan menolong kita. Amin!
Masukkan Ketua STP kepada Petugas Ibadat |