Oleh:
Rosnauli Elisabet Simatupang
(Mahasiswa
STP DM Tingkat II – Kelas Pastoral)
Yes.
55:10-11; Mat. 6:7-15
Nabi
Yesaya menegaskan bahwa doa itu bagaikan hujan dan salju yang turun dari langit,
ia tidak kembali ke langit, melainkan tinggal di bumi untuk mengairi bumi,
membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Memberikan benih kepada
penabur dan roti kepada orang yang mau makan. Demikian juga firman yang keluar dari
mulutNya, ia tidak akan kembali kepadaNya dengan sia-sia tetapi ia akan
melaksanakan apa yang dikehendaki dan menghasilkan apa yang diperintahkan.
Injil
hari ini, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada para muridNya. Sangat jelas
bahwa doa ini, singkat dan padat. Yesus tidak ingin para murid berdoa dengan
bertele-tele, panjang lebar sampai sang pendoa sendiri tidak paham apa yang ia
doakan. Yesus ingin agar para muridNya berdoa dengan singkat, padat, dan jelas.
Melalui doa Bapa Kami, Yesus ingin agar kita pada dasarnya memuliakan Allah dalam
hidup sehari-hari. Yesus mengajak kita untuk menantikan dan mendoakan datangnya
Kerajaan Allah. Berani mengarahkan hidup kita kepada kehendak Allah, juga
menjadi doa yang harus kita lambungkan. Memohon rejeki secukupnya adalah salah
satu bagian dari doa Bapa Kami di samping memohon ampun atas segala dosa kita.
Mengingat banyak pencobaan hidup, Yesus mengajak supaya kita memohon untuk dibebaskan
dari pencobaan dan segala kejahatan. Demikian juga kalau mengampuni kesalahan
orang yang bersalah kepada kita, maka Bapa di sorga akan mengampuni kita.
Dalam
bahasa latin, ada tiga hal yang berbicara tentang doa yakni: lex credendi (beriman), lex orandi (berdoa), dan lex virande (diwujudkan atau dihidupi). Artinya,
orang yang beriman hendaknya berdoa dan sekaligus diimplementasikan dalam hidup
sehari-hari. Doa adalah ungkapan yang tulus dan ikhlas karena berangkat dari
hati kita yang paling dalam. Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya mengungkapkan
bahwa bila kita berdoa maka rahmat Tuhan itu akan mengalir bagaikan hujan dan
salju yang menetesi hati setiap orang dengan menyuburkan harapan-harapan kita.
Doa itu bukan tergantung pada panjang pendek serta indahnya kata-kata, melainkan
pada sikap batin yang penuh kasih.
Dalam
Injil Yesus juga menegaskan hal yang sama kepada para muridNya bahwa doa
bukanlah soal indah dan panjangnya kata-kata. Sebab, Allah tahu apa yang kita
butuhkan sebelum kita memohon kepadaNya, tetapi Ia ingin mendengarkan dari hati
yang tulus dan jujur dalam kepercayaan. Doa harus menumbuhkan iman dan cinta
kasih kepada Tuhan dan sesama, dengan meneguhkan harapan yang sesungguhnya. Doa
mendidik dan mengajar kita untuk tulus terbuka dan rendah hati kepada Tuhan.
Misalnya, jika seorang pemimpin doa pada ibadat pagi kita di kampus ini lalu
doanya terlalu panjang dan bertele-tele maka secara spontan kita merasa
terganggu, gelisah, dan bahkan mulai ribut di belakang.
Doa
yang singkat, tidak bertele-tele, dan penuh makna yang dalam ada pada doa Bapa
Kami seperti yang diajarkan Yesus kepada kita. Doa Bapa Kami hampir tiap hari
kita doakan dan ucapakan seperti dalam doa pribadi, ibadat bersama, perayaan Misa,
dan pada peristiwa-peristiwa lainnya. Doa Bapa Kami adalah salah satu bagian
dari doa yang tidak panjang dan bertele-tele karena di sana juga telah
tercantum mulai dari memuliakan Allah sampai pada permohonan untuk kebutuhan
hidup sehari-hari. Oleh karena itu, doa hendaknya mampu mengairi, membuat subur,
dan menumbuhkan hati kita untuk menjadi pengikutNya yang setia dan taat kepada
Allah. Pertanyaan reflksi untuk kita semua: “Apakah doa kita selama ini sudah
menyuburkan hati dan iman kita?”
Tuhan memberkati!