Oleh: Benedikta Zebua
(Mahasiswa STP DM Tingkat II)
Dunia
dewasa ini mengalami perubahan yang begitu cepat dengan ketidakpastian yang kompleks bermakna-ganda. Boleh dikatakan bahwa tsunami
gaya hidup modern melanda setiap insan. Banyak hal positif yang membuat manusia bisa hidup nyaman,
misalnya pemakaian alat komunikasi semakin mudah, internet membuat dunia seperti bola kecil, ilmu pengetahuan
tersedia gratis melalui google. Selain itu, banyak pula hal
negatif seperti berita palsu (hoax)
tersebar sebagai virus yang mengakibatkan orang
lain sakit
dan terluka serta barang mewah diiklankan di mana saja sehingga membuat manusia
semakin materialitis dan hedonis. Menghadapi situasi ini, perlu
melakukan revolusi mental agar tetap
unggul mencapai kesuksesan tanpa semuanya menanggalkan hal-hal yang alami.
Lalu,
apa hubungannya gaya hidup modern dan Kabar Gembira (Sukacita Injil)?
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memberi arti bahwa gaya
hidup adalah pola tingkah laku
sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Kata modern diartikan
sebagai sikap, perilaku, perbuatan,
atau tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan zaman. Bila digabungkan,
maka pengertian dari "gaya hidup modern" adalah pola terbaru dari
tingkah laku sehari-hari segolongan manusia yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Gaya hidup modern sebenarnya sesuatu yang netral,
bisa positif atau negatif tapi tergantung
dari pelakunya. Hal yang perlu dicermati yaitu
supaya iman kita tidak terkikis oleh
pengaruh negatif atau arus zaman.
Sedangkan Kabar Gembira dalam Evangelii Gaudium (Sukacita Injil) yang diserukan oleh Paus
Fransiskus bahwa “Masalah besar yang melanda dunia
modern akhirnya ikut melanda Gereja juga. Komunitas Kristiani perlu meneliti
tanda-tanda zaman dan menanggapinya secara efektif, berkaitan dengan mentalitas
negatif budaya modern seperti materialisme, individualisme, dan hedonisme”.