Oleh: Benedikta Zebua
(Mahasiswa STP DM Tingkat II - Kelas Pastoral)
Yl. 2:12-18; Mat. 6:1-6,16-18
Yl. 2:12-18; Mat. 6:1-6,16-18
Bacaan
I pada hari ini, Nabi Yoel mengingatkan kita hendaknya bertobat dan kembali
pada Allah dengan
cara berpuasa, menangis, dan menyesali
perbuatan yang tidak sesuai dari kehendak Tuhan. Nabi Yoel secara tegas mengatakan: “Koyakkanlah hatimu dan
jangan pakaianmu serta berbaliklah kepada Tuhan Allahmu sebab Ia pengasih dan
penyayang”.
Injil
hari ini Yesus mengingatkan kita, jikalau hendak memberikan kewajiban agama, berdoa
serta berpuasa janganlah melaksanakanya di hadapan orang. Dalam hal ini, Yesus memberikan suatu
pelajaran kepada kita agar apa pun
yang kita berikan dan
yang kita minta kepada Tuhan serta melaksanakan puasa janganlah mengharapkan
suatu pujian ataupun seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang munafik. Dengan kata lain, apa
yang diberikan
oleh tangan kiri janganlah diketahui oleh tangan kanan. Doa yang baik adalah
ketika kita berada dalam suasana hening
karena Bapa yang di Sorga telah mengetahui apa yang kita perlukan sebelum
meminta kepada-Nya. Yesus
mengharapkan agar dalam berpuasa
tidak mengubah raut wajah, tetapi minyakilah kepalamu
dengan minyak dan cucilah mukamu sehingga
orang tidak melihat kalau kamu sedang berpuasa karena apa pun yang tersembunyi
dalam dunia ini Bapamu yang di Sorga telah mengetahuinya.
Pada
hari ini, Gereja Katolik mengawali masa Prapaskah dengan menerima Abu di dahi. Ketika kita menerima Abu,
Imam atau Diakon akan mengatakan, “Bertobatlah dan percaya pada Injil”. Kita
juga bisa melihat warna liturgi yang berwarna ungu. Ungu dan Abu merupakan
lambang dukacita, ketidakabadian,
dan pertobatan. Dengan pemberian Abu, Gereja mengingatkan
kita akan ketidakabadian sehingga memanggil kita untuk semangat dalam
pertobatan sejati. Abu yang diterima, kita diajak supaya dalam menjalani masa
Prapaskah kita mampu mengarahkan hati kepada misteri Kristus yakni: sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Penderitaan Kristus
menjadi undangan bagi kita semua untuk masuk
pada pertobatan sedangkan kebangkitan-Nya menjadi
sumber harapan akan kualitas hidup yang baik jika kita mau merenungkan,
menghayati,
dan mengamalkan Sabda-Nya.
Kualitas hidup orang beriman ditandai dengan berdoa, bermati
raga, berpuasa, berpantang, dan
beramal kasih kepada sesama.
Sebagai
manusia biasa, kita tahu
dan sadar bahwa tidaklah pernah luput dari kesalahan. Pada situasi tersebut, hendaknya
kita menyadari dan membaharui diri dari
segala kekurangan dengan
cara bertobat, menyesali diri terhadap dosa, dan yang paling utama
adalah kembali pada jalan yang benar dengan
memohon belas kasih Tuhan. Sikap
dan perwujudan tobat akan terlihat jelas dalam sikap, tindakan,
dan amal kasih kepada orang lain. Tepat pada hari ini, kita juga merayakan hari kasih sayang “Valentine Day”. Dengan semangat
pembaharuan diri, kita semakin mampu mewujudnyatakan tindakan tersebut kepada
sesama tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Doa,
puasa, dan segala hal
keagamaan yang kasat mata merupakan
topeng pembenaran diri jika tidak disertai dengan perubahan batin. Dengan
seruan Nabi Yoel kita diajak untuk kembali
ke jalan
yang benar. Karena itu, berpantang
dan berpuasa bukan hanya dari segi materi berupa makanan tetapi pertobatan yang
sesungguhnya adalah ketika
menyadari keberdosaan kita,
menyesalinya, dan tidak pernah mencoba untuk mengulanginya
lagi yang
disebut dengan pertobatan
(metanoia). Semoga pada masa Prapaskah ini, kita mengalami perubahan
secara total dengan keluar dari zona nyaman,
artinya berani keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang menyenangkan hati kita
seperti kemalasan, keegoisan, kesombongan, penggunaan alat media sosial yang
berlebihan, dan lain sebagainya.
Tuhan
menolong dan menyertai kita. Amin!