Oleh: Lorensia
Harita
(Mahasiswa STP
DM Tingkat II – Kelas Pastoral)
Mi.
7:14-15,18-20; Luk. 15:1-3,11-32
Kitab Mikha hari ini, mengingatkan kita akan Allah yang
selalu mengampuni dosa dan memaafkan pelanggaran kita. Dia adalah Allah yang
selalu menghapuskan kesalahan dan melempar segala dosa kita ke dalam tubir laut
yang dalam. Injil hari ini mengisahkan tentang perumpamaan anak yang hilang. Suatu
hari anak bungsu tersebut meminta harta kepada ayahnya apa yang menjadi
bagiannya, dan ayahnya pun memenuhi keinginan anak bungsu itu. Setelah ia
menerima bagiannya, ia pun pergi ke negeri yang lain, di sana ia hidup
berfoya-foya seperti mabuk-mabukkan dan bergabung dengan wanita-wanita
penghibur. Singkat cerita, ketika di negeri itu ada bencana kelaparan dan uangnya
juga habis, maka ia pun hidup menderita. Dari situasi itu, ia baru menyesal dan
bertekad kembali pulang ke rumah ayahnya. Dengan mengakui kesalahan dan
keberdosaannya di hadapan ayahnya, maka dengan penuh sorak-sorai dan
kebahagiaan ia disambut dengan pesta yang meriah. Melihat peristiwa itu, anak
sulung yang baru pulang dari ladang dan yang selalu menuruti kehendak ayahnya ia
cemburu serta bersungut-sungut.
Dalam kisah Injil, kita melihat tiga figur yang berbeda
yakni sang ayah merupakan gambaran Allah yang selalu menerima kita apa adanya
walaupun kita pernah meninggalkanNya. Anak bungsu adalah gambaran diri manusia
yang menggunakan kebebasan rahmat Allah dalam cara-cara yang keliru. Anak
sulung yaitu gambaran manusia yang tidak mau peduli dengan sesama, egois, dan
menyingkirkan orang-orang yang ingin kembali kepada Allah. Yesus memberikan
perumpamaan tersebut agar umat manusia memahami dan menyadari dengan baik makna
dari penyesalan dan pertobatan.
Kita kerap kali bersikap seperti anak yang hilang, ada
yang menyesal dan bertobat tetapi ada juga yang merasa tidak bersalah sehingga akhirnya
tidak bertobat; mungkin juga kita bersikap anak sulung, sulit menerima
orang-orang yang kembali ke jalan yang benar. Jadi, dalam diri manusia ada dua sikap
yang diibaratkan seperti air yang dapat membersihkan barang kotor yakni sikap sesal
dan tobat. Sesal dan tobat merupakan dua sikap manusia yang dikaruniakan oleh Tuhan
untuk pulih dari dosa dan kesalahan. Karena itu, kedua bacaan hari ini sama-sama
mengajarkan kita bahwa Allah adalah Mahapengampun.
Perumpamaan anak yang hilang mengajak kita untuk kembali memperbaiki
relasi itu di kala kita jauh dari kehendakNya. Selain itu, kita diajak agar
tidak malu dan enggan kembali ke jalan yang benar karena Allah itu Maharahim
dan penuh belas kasih. Persoalannya yaitu apakah kita mau memperbaiki relasi
yang keliru kepada Allah? Marilah kita menumbuhkan sikap sesal dan tobat untuk berbalik
kepada Allah setelah kita jatuh dalam kesalahan dan dosa. Mari kita merenungkan
refrein lirik lagu ini:
Betapa besar kasih pengampunanMu Tuhan
Tak Kau pandang hina hati yang hancur
Ku berterima kasih kepadaMu ya Tuhan
Pengampunan yang Kau beri pulihkanku
Organis |
Dirigen |
Pembaca Injil |
Pengkhotbah |
Peserta Ibadat |
Menerima Berkat Tuhan |
Masukkan dari Ketua STP DM |